Pencarian
Bahasa Indonesia
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • Lainnya
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • Lainnya
Judul
Naskah
Berikutnya
 

Cerita tentang Bukit Buddhis, Bagian 2 dari 2

Details
Unduh Docx
Baca Lebih Lajut
Dari cerita ini kita dapat melihat bahwa jika kita hanya berlatih di sisi luar, dan di sisi dalam kita belum benar-benar mengatur dan mengendalikan dengan baik, belum benar-benar menjadi orang yang welas asih secara alami, maka tidak peduli berapa lama kita berlatih atau seperti apa latihan yang kita lakukan secara lahiriah, itu tidak akan banyak berhasil.

Ini hanya sebuah cerita, tapi memang seperti itu, secara logis. Kita harus berlatih dari dalam karena para Buddha atau Surga, mereka semua tahu apa yang kita pikirkan, bukan hanya apa yang kita lakukan. Kita tidak bisa menipu Surga dan semua Dewa dan para Buddha atau Orang Suci. Jadi, jika kita berpura-pura seperti kita adalah praktisi rohani yang baik, tapi kita tidak benar-benar berlatih dengan baik, kita tidak benar-benar berlatih dengan sepenuh hati, dan kita tidak benar-benar tulus, maka kita tidak cukup murni untuk menjadi Buddha. Atau setidaknya berarti bahwa kita bukan praktisi murni. Kita bukan Orang Suci sejati. Hanya memiliki tubuh yang mungkin terlihat seperti Orang Suci, dan pakaian yang mungkin terlihat seperti Buddha atau biksu atau biksuni yang suci, tapi kita sebenarnya tidak. Jadi, setiap praktisi rohani, terutama praktisi Quan Yin, kita harus mempertimbangkan untuk menjadi benar-benar murni dalam motif kita. Jika tidak, tidak peduli berapa lama kita mengatakan kita berlatih, kita tidak akan ke mana-mana.

Beberapa orang makan vegan atau vegetarian, tapi masih memikirkan daging dan ikan dan sejenisnya. Bahkan hanya memikirkannya saja, itu seperti hal yang nyata. Maka, para biksu ini, mereka memuntahkan makanan yang ingin mereka makan. Meski mereka tidak memakannya secara fisik, mereka memuntahkan makanan yang sama. Jadi, seluruh lima sila, sila “jangan membunuh”, berarti kita vegan. Tapi kemudian, keinginan di dalam juga harus dihilangkan.

Saya berharap Anda semua, dalam situasi apa pun, untuk terus memegang teguh keyakinan Anda, bermeditasi dengan baik, dengan segenap hati, segenap pikiran, dan segenap ketulusan Anda. Tidak hanya untuk memberi manfaat bagi diri sendiri, keluarga, teman, atau siapa pun di sekitar Anda, tetangga Anda, tetapi juga untuk memberi manfaat bagi seluruh dunia. Dan untuk itu, saya berterima kasih.

Saya hanya berharap umat manusia bangun dan menyadari apa yang baik untuk mereka dan apa yang tidak – sebelum terlambat. Ini bukan hanya tentang kesehatan mereka, kesejahteraan mereka di planet ini dalam kehidupan mereka saat ini, tapi ini tentang kehidupan selanjutnya, di mana hukuman menunggu mereka, dengan cara menakutkan yang bahkan tak bisa mereka bayangkan. Tapi, itu akan terjadi jika orang tidak beralih ke gaya hidup yang lebih baik, sesuai dengan anak-anak Tuhan, dan sesuai dengan hukum Kasih universal.
Tonton Lebih Banyak
Semua bagian  (2/2)
1
2021-10-08
7669 Tampilan
2
2021-10-09
8221 Tampilan
Bagikan
Bagikan ke
Lampirkan
Mulai pada
Unduh
Mobile
Mobile
iPhone
Android
Tonton di peramban seluler
GO
GO
Prompt
OK
Aplikasi
Pindai kode QR, atau pilih sistem telepon yang tepat untuk mengunduh
iPhone
Android